Menjadi golongan tua tak melulu membosankan dan tidak menyenagkan. Sebaliknya, aku bersyukur diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi bagian dari golongan tersebut. Golongan yang kumaksud di sini adalah golongan atau angkatan yang masuk ke madrasah sebelum 2015 alias sebelum presiden sekarang berkuasa.
Ada beberapa alasan aku mengatakan hal tersebut dan sebagian besar alasannya merupakan ketidakpuasanku terhadap lingkungan madrasah saat ini. Menurutku tempat ini sekarang sudah sangat berbeda dari saat aku pertama kali menjejakkan kakiku dan memulai hidup baruku di sini. Mungkin hal tersebut adalah perasaan yang wajar dikarenakan setiap tahun tempat ini pasti mengalami sedikit-banyak perubahan dari segala bidang.
Tapi ada satu yang mencolok saat ini yaitu sikap adik kelas terhadap kehidupan sehari-hari di tempat ini. Sebelumnya, aku minta maaf jika ternyata tulisan ini sangat kental sekali denga opini namun aku mencoba untuk menyampaikan pandanganku terhadap hal ini.
Sekarang tanggal 2 februari yang di mana merupakan tanggal enting bagi kelas 10 dan 11 dikarenakan mereka mempunyai hajatan besar yakni sebuah acara tahunan OSIS di bidang minat bakat berupa perlombaan dalam berbagai cabang yakni iptek, bahasa, olahraga, dan jurnalistik. Acara ini pada awalnya merupakan dua acara terpisah namun pada tahun 2008 kakak kelas kami memutuskan untuk menggabungkannya dan menjadikannya salah satu acara favorit dari total tiga acara tahuna tebesar OSIS.
Acar ini memiliki dua logo di setiap generasinya yakni logo primer dan logo sekunder. Logo primer merupakan logo umum dari acara ini yang mempresentasikan acara itu sendiri. Sedangkan logo sekunder mempesentasikan logo acara yang dipegang oleh angakatan tertentu yang dimana setiap tahun pada umumnya selalu berubah sesuai tea yang ditentukan oleh panitia pelaksana tahun tersebut.
Namun, sangat disayangkan untuk tahun 2017 ini logo primer dari acara tersebut tidak ditemukan di acara kali ini yang dipegang oleh angkatan DISCARIA yang diketuai oleh saudara "Sandito Abror" - maaf kalo salah tulis-. Sejujurnya, pada awalnya aku tidak terlalu ngeh terhadap kejanggalan ini dikarenakan aku masih lebih fokus ke pelajaran di sekolah karena selama acara ini berlangsung, kami, siswa kelas tiga masih menjalani KBM seperti biasanya. Kesadaranku bermula ketika teman seperjuangan yang dulunya merupakan koordinator bidang multimedia menanyakan hal ini kepadaku, sontak aku tersadar dan mulai berdiskusi dengannya dengan agak sedikit panjang lebar.
Di awal pembicaraan kami membahas tentang pentingnya logo tersebut dan kelalaian pihak panitia karena tidak menggunakan logo primer tersebut dan diakhiri dengan kesimpulan yang berdasarkan pengakuan VC mutimedia acara tersebut bahwa mereka lupa untuk mencantumkan logo tersebut di banner-banner utama, kaos, dsb. Dalam titik ini kami memutuskan untuk diam dan menerima alasan yang menurut aku peribadi sangat tidak masuk akal dan mengada-ada. Saya berpendapat bahwa tidaklah mungkin mereka lupa dengan logo sebuah acara yang tentunya kita tahu bahwa logo merupakan salah satu hal dasar yang dibutuhkan oleh sebuah acara. Namun, karena kami tidak mempunyai bukti dan informasi lain, kami memutuskan untuk mendiamkannya saja karena toh ini acar mereka, suka-suka mereka kalo tidak mau mendengar masukan kami.
Sore harinya, setelah sholat ashar aku menanyakan persoalan ini kepada beberapa anak DISCARIA yang menurutku mungkkin bisa menjawab rasa penasaranku terhadap hilangnya logo primer pada acara tahun 2017 ini. Tak disangka salah satu dari anak-anak tersebut ada yang memberikan informasi yang di luar dugaan. Dia menuturkan bahwa sebenarnya beberapa petinggi telah mengusulkan untuk menggunakan logo tersebut namun sayang, pihak tim kreatif acara tahun ini MENOLAK untuk menggunakannya. Pada situasi ini amarahku sedikit terpancing dikarenakan aku merasa kesal dengan sikap mereka yang MENOLAK menggunakan logo tersebut padahal logo primer merupakan logo dari acara yang ereka laksanakan sendiri. Seakan-akan mereka tidak respect sama sekali dengan logo yang telah turun-temurun digunakan. Dan yang hanya bisa aku lakukan membiarkan mereka bertingkah semaunya, seenaknya mereka, sesuka hatinya, dan sese lainnya. Udah gak ada urusan lagi denganku kecuali aku merasa berkewajiban untuk menyampaikan masukanku -yang paling gak juga mereka dengar-.
Selain itu, setiap setelah sholat isya' anitia acara kumpul di masjid namun sekali lagi mereka berbuat yang aneh-aneh dengan menyebut perkumpulannya adalah perkumpulan dua angkatan bukan kumpul panitia. Menurutku itkurang tepat dikarenakan emang semua anggota dari dua angkatan itu semuanya panitia? atau ungkin freelancer?. perlakuan ini menjadikan kesan acara ini bukan lagi acara OSIS secara penuh namun lebih dibawa ke acara angkatan -mungkin yang ini sedikit berlebihan sih :D-.
Sekali lagi terserah kalian deh mau bertngkah kaya apa toh gak ada pengaruhnya ke kami. Tapi ingat jangan sampe kali mengulang tingkah-tingah kalian yang kelewat batas tempo-tempo hari karena aku yakin kalian akan dapt batunya. biidzinnallah. Wallahu a'alam bishowab
Posting Komentar